Kalau jadi islam jangan jadi arab, Oya? Maknanya Apa Sih?

AnjrahUniversity.com – Sering ya kita dengar di indonesia Ungkapan, ” kalau mau jadi islam jangan jadi arab“, “kalau jadi islam jangan jadi arab”, atau “pidato megawati kalau mau jadi orang islam jangan jadi orang arab”. atau Varian ungkapan lain begini:

Kalau Jadi Islam Jangan Jadi Arab Kalau Islam Jangan Ke Arab Araban Artinya Apa

Smart Reader mungkin bertanya, itu maknanya apa sih?

Nah, Ketauhilah Smart Reader, Perkataan ‘Jangan Bawa Arab’ ketika berislam, ini perkataan bersayap yang ‘isinya panjang’ dan ‘dalam’.

Aslinya dia ibarat peluruh, Jelas mengarahnya ke kelompok mana, dan jelas buat ‘melindungi kelompok mana’. Jelas itu mau buat mentarget siapa siapanya.

Bukan sekedar nasehat yang ‘ada dipermukaan’ yang tampak bijaksana itu.

Dari pernyataan di atas, lahirlah aneka resistensi dalam dakwah, sehingga menolak dakwah sunnah di bumi indonesia.

Mirip kalau dunia telekomunikasi. Sebut si kuning, itu kalau orang telkomsel yang bilang, itu jelas mengarah ke indosat. Bukan ‘mengarah saja’, namun ‘sayap dari kalimatnya’ dalam juga.

Kalau nyebut si merah, bagi indosat, jelas itu juga mengarah ke telkomsel. Bukan Lampu Bangjo. Atau merah merah kolang kaling kalau pas buat kolak pisang.

Hal demikian ini, tidak akan disadari oleh orang orang yang ‘mengerti kulit saja’ dalam pergerakan / jalannya dakwah.

Dikiranya biasa saja, padahal, sejatinya ‘itu isiannya’ banyak.

Memang jadi berpotensi ribut manakala hanya muncul di social media secara sepotong sepotong.

Namun, itu bukan masalah sederhana dari sekedar ucapan ‘jangan bawa arab’ ketika berislam.

Mau contoh sederhana?

1- dari situ muncul resistensi terhadap gamis, Padahal. coba cermati: Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

كَانَ أَحَبَّ الثِّيَابِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْقَمِيصُ

“Pakaian yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu gamis.” (HR. Tirmidzi no. 1762 dan Abu Daud no. 4025. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Orang orang pakai gamis, karena ingin mencontoh nabi. bukan ngimport budaya arab.

2- Cadar. Cadar itu bukan budaya arab, itu sunnah. Bahkan kalangan dari mahzab syafi’i yang notabene mahzabnya dipakai di indonesia juga menyatakan demikian, misalnya nih pendapat ulama syafi’i,

Syaikh Sulaiman Al Jamal berkata:

غير وجه وكفين : وهذه عورتها في الصلاة . وأما عورتها عند النساء المسلمات مطلقًا وعند الرجال المحارم ، فما بين السرة والركبة . وأما عند الرجال الأجانب فجميع البدن

“Maksud perkataan An Nawawi ‘aurat wanita adalah selain wajah dan telapak tangan’, ini adalah aurat di dalam shalat. Adapun aurat wanita muslimah secara mutlak di hadapan lelaki yang masih mahram adalah antara pusar hingga paha. Sedangkan di hadapan lelaki yang bukan mahram adalah seluruh badan” (Hasyiatul Jamal Ala’ Syarh Al Minhaj, 411)

Mosok dibilang cadar budaya arab? itu islam.

3- Jenggot.

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

أَنَّهُ أَمَرَ بِإِحْفَاءِ الشَّوَارِبِ وَإِعْفَاءِ اللِّحْيَةِ.

“Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong pendek kumis dan membiarkan (memelihara) jenggot.” (HR. Muslim no. 624)

Nah sebagian oknum katakan, masio itu jenggot dikatakan budaya arab.

4- Di area ketatanegaraan, perkataan ‘jangan ke arab araban’, itu maksudnya agar membuat sentimen anti islam anti penerapan syariah islam dalam ranah kenegaraan.

Misal, hukum potongan tangan. Itu cocok nggak dengan pernyataan Kalau jadi islam jangan jadi arab?

Kalau ayatnya bunyi gini, Allah Azza wa Jalla Berfirman:

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِّنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ فَمَن تَابَ مِن بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, POTONGLAH tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [al-Mâidah/5:38-39]

Mereka katakan jangan kearab araban dalam urusan negara, karena mereka tidak paham betapa adilnya islam ngatur negara. Baik ke orang islam sendiri / ke orang kafir.

Atau ya. karena ‘kepentingan mereka’ jadi terganggu kalau negara indonesia ini bergerak bernafaskan islam semakin dalam.

5. Dalam dunia bisnis, inginnya mereka itu bisnis bebas ambil untung sesuka hawa nafsunya sendiri. Mereka akan panas kejang kejang kalau pengusaha muslim dah bicara urusan akad muamalah dan riba. Padahal itu besar manfaatnya buat kepentingan bersama muslim non muslim.

Mau dikatakan ke arab araban gimana kalau Allah berfirman dalam kaitannya riba,  lihat tuh pengumuman perang selain kepada pemakan riba,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ . فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” (Al Baqarah: 278-279)

Masih bilang urusan riba itu ke arab araban? Hayo, kamu islamnya ke setan setanan jangan jangan.

PAHAM YA, ARAHNYA MAU KEMANA UNGKAPAN JANGAN BAWA BAWA ARAB?

Itu bukan makna yg sebenarnya. dipahami oleh yg memahami, susah paham bagi yg memang tidak pernah mehamaminya. Meliputi IPOLEKSOSBUDHANKAM he he he.

Kulit tidak menggambarkan isi. Kalau mau tau ‘isi’ pelajari history dan karakter ilmunya.

Karena dari perkataan, kalau mau jadi orang islam jangan jadi orang arab, juga nantinya menjadi ‘sarana pelegalan’ utk mempertahankan adat istiadat (ini dalam tataran realita di lapangan ya).

Ada adat istiadat yg jelas itu bid’ah / syirik. Mereka gunakan bahasa ‘jangan bawa bawa arab’. Seakan penjelasan akan bid’ah dan syirik itu bukan bagian dari islam.

Dianggapnya itu ‘karena beda budaya aja’. Padahal tegas itu ayat ayat Allah dan sunnah yg melarang. Bukan urusan beda arab – indonesia aja.

Kalau ada orang, seluruh orang indonesia suruh makan nasi mandhi / biryani, dia melarang kita makan pecel / sego warteg.

Gini ini / itu baru pas konteksnya ‘jangan bawa bawa arab’ di terapkan. Nasi mandhi dan biryani apa minuman apa itu khas arab, itu menurut saya pribadi baru yg ‘ke arab araban’. Woke??

Ini belum ditimbang, siapa dan kualitas ilmu agama seperti apa yang bilang, “Kalau jadi islam jangan jadi arab”. La dia ngamalkan islam aja nggak, belajar dalam islam aja nggak.

Sama aja kalau dikatakan oleh para germo, “Lu jangan bilang bilang zina haram lu. Jangan ke arab araban lah”. Lantas anda percaya begitu saja si germo ini tulus menasehatimu ‘kalau islam jangan jadi orang arab’?? He he

Atau perkataan orang yang pakai rok mini ke orang yang berjilbab besar, “Eh mbak, kalau islam itu jangan ke arab araban”. Ya jawab aja, “kalau pakai rok mini, ini islam ke inggris inggrisan gitu? Aliran apa islamnya kok pakai rok mini dan sehari hari nggak jilbaban?”. He he, Ya apa ya?

Jangan sumbu pendek ya. Lah, kok bahas sumbu. Saya kompor listrik, dah nggak pake sumbu!

Ah apalah ini, status nggak jelas. Nulis udah ginipun ntar masih salah lagi. Karepmu Mas Mas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.