Teori Kepribadian Menurut Islam: Kajian Ustadz Abdullah Zaen

AnjrahUniversity.com – Saya menyimak kajian Ustadz Abdullah Zaen, Sangat tertarik dengan penjelasan teori kepribadian menurut islam yang beliau sampaikan.

Teori kepribadian yang benar kemudian menjadikan seseorang bisa mendapatkan kebahagiaan hakiki.

Kebahagiaan adalah dambaan setiap insan. Kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Tapi sebelum beranjak lebih jauh, mungkin sebagian teman teman belum mengenal siapa Ustadz Abdullah Zaen?

Abdullah Zaen, Lc., M.A. bin Zaeni Muhajjat, BA, M.S. atau lebih dikenal dengan nama Ustadz Abdullah Zaen, Lc., M.A adalah seorang sarjana S-2, jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah.

Beliau sering memberikan kajian-kajian dan kuliah agama yang sebagian besar bertema aqidah dan fikih dakwah.

Sehari hari beliau sebagai pengajar di Pondok Pesantren Tunas Ilmu Purbalingga Jawa Tengah.

Oke, kita lanjut ke pembahasan.

Kepribadian yang Sehat, Kunci Bahagia Dunia Akhirat

Ada banyak orang

Namun, seringkali kita mencarinya di tempat yang jauh, padahal kuncinya mungkin ada dalam diri kita sendiri: pola pikir.

Ustadz Abdullah Zaen, dalam kajiannya yang merujuk pada kitab Al-Wasail Al-Mufidah Lil Hayati Sa’idah karya Syekh As-Sa’di rahimahullahu ta’ala, membahas secara mendalam bagaimana memperbaiki pola pikir dapat mengantarkan kita pada kehidupan yang bahagia.

Resep hidup bahagia yang satu ini sangat fundamental, karena sejatinya, “hidupmu itu tergantung pola pikirmu,” sebagaimana disebutkan dalam kutipan penulis kitab, Wa’lam anna hayataka tabaun liafkarik.

Pola Pikir yang Bermanfaat: Kunci Kebahagiaan Sejati

Ustadz Abdullah Zaen menjelaskan bahwa jika pola pikir kita senantiasa tertuju pada hal-hal yang bermanfaat, baik untuk urusan dunia maupun akhirat, maka hidup kita akan baik dan bahagia.

Sebaliknya, jika pola pikir kita diisi dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, yang akan muncul adalah kegelisahan dan ketidaktenangan.

Contoh pola pikir yang bermanfaat untuk urusan dunia antara lain:

  1. bagaimana cara mendapatkan rezeki yang halal,
  2. bagaimana agar bisa mendapatkan istri yang salihah, atau
  3. bagaimana menjaga kesehatan tubuh agar bisa maksimal dalam beribadah.

Sementara itu, pola pikir yang bermanfaat untuk urusan akhirat bisa berupa:

  1. bagaimana agar bisa mendapatkan syafaat Rasulullah ﷺ,
  2. bagaimana agar bisa melewati sirath sekejap mata,
  3. bagaimana agar bisa masuk surga Firdaus,
  4. terhindar dari siksa neraka,
  5. atau bagaimana agar timbangan amal saleh lebih berat daripada dosa-dosa kita di hari kiamat.

Sangat jelas, segala sesuatu yang tidak membawa manfaat, baik untuk dunia maupun akhirat, seperti memikirkan cara-cara pacaran atau mencapai level tertinggi dalam game tertentu, hanya akan mendatangkan kegelisahan.

Ustadz Abdullah Zaen menegaskan,

Tidak mungkin orang punya kepribadian baik kalau pola pikirnya enggak baik dan tidak mungkin orang punya kepribadian buruk kalau pola pikirnya baik.

Ini menunjukkan bahwa semua berawal dari pola pikir.

Lima Tahapan Pembentukan Kepribadian Menurut Imam Ibnul Qayyim

Untuk memahami lebih jauh bagaimana pola pikir ini bekerja dalam membentuk kepribadian kita, Ustadz Abdullah Zaen mengutip penjelasan dari Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala dalam kitabnya Al-Fawa’id.

Teori Kepribadian Menurut Islam Kajian Ustadz Abdullah Zaen

Beliau menjelaskan bahwa pembentukan kepribadian melalui lima tahapan:

  1. Bisikan (Al-Khatir/Al-Khawatir): Ini adalah lintasan hati yang muncul spontan atau mendadak. Ustadz Abdullah Zaen mengibaratkannya seperti benih atau percikan api. Misalnya, tiba-tiba terlintas di hati: “Andaikan hari ini aku infak,” ini adalah bisikan baik. Atau sebaliknya, “Kayaknya nonton film anu seru deh,” ini adalah bisikan buruk yang muncul begitu saja, mungkin karena melihat billboard atau iklan.
  2. Pikiran: Setelah bisikan muncul, ia dapat diolah menjadi pertimbangan logis. Ibaratnya, benih sudah menjadi tunas kecil atau percikan api sudah menjadi api kecil yang menyala. Contohnya, setelah terlintas ingin infak, muncul pikiran: “Kalau aku infak 5.000, uang jajanku akan berkurang. Tapi kan nanti diganti sama Allah.” Atau untuk bisikan buruk: “Tapi kan dosa, nanti ada aurat wanita terbuka. Ah, kan cuma sekali, enggak apa-apa.” Ini adalah tahap di mana bisikan sudah mulai dipertimbangkan dan bahkan diatur.
  3. Keinginan (Al-Iradah): Pada tahap ini, ada dorongan dari dalam hati untuk mewujudkan pikiran menjadi kenyataan. Ibarat tunas yang sudah menjadi pohon agak tinggi, atau api kecil yang sudah menjadi bara, semakin panas dan kuat. Contohnya: “Besok aku mau infak Rp5.000,” sudah menentukan waktu dan nominal. Untuk keinginan buruk, seseorang sudah mulai merencanakan, seperti membuat daftar film yang akan ditonton saat liburan, padahal belum dilakukan, hanya sekadar rancangan.
  4. Perbuatan (Al-Fi’l): Tahap ini adalah ketika keinginan benar-benar diwujudkan dalam tindakan. Bukan lagi di hati atau otak, tapi sudah dieksekusi. Ibarat pohon yang sudah tinggi dan berbuah, atau api yang sudah mulai membakar. Contohnya: seseorang benar-benar memasukkan uang ke kotak infak. Atau, saat liburan, ia benar-benar menonton film yang sudah dirancang sebelumnya.
  5. Kebiasaan (Al-Adah): Ini adalah perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi karakter dari orang tersebut. Ibaratnya, sudah menjadi kebun yang penuh dengan pohon atau bahkan hutan, atau api yang sudah membakar satu kota atau seluruh hutan (kebakaran hutan). Contoh kebiasaan baik adalah seseorang rutin berinfak setiap hari. Contoh kebiasaan buruk adalah kecanduan menonton film atau bermain game, di mana “tiada hari tanpa nonton” atau “tiada hari tanpa main game.”

Sangat penting untuk memahami tahapan ini, karena Ustadz Abdullah Zaen menekankan bahwa

menghadapi bisikan jauh lebih mudah dibandingkan menghadapi kebiasaan.

Memadamkan percikan api jauh lebih gampang daripada memadamkan kebakaran hutan. Oleh karena itu, kita perlu tahu tips bagaimana menghadapi bisikan-bisikan yang muncul.

Tips Menghadapi Bisikan Hati: Pencegahan dan Penanganan

Ustadz Abdullah Zaen membagi tips menghadapi bisikan hati menjadi dua langkah besar:

  1. Pencegahan (sebelum bisikan muncul), dan
  2. Penanganan (setelah bisikan muncul).

A. Pencegahan (Sebelum Bisikan Muncul)

  1. Menjaga Mata, Telinga, dan Hati: Bisikan, terutama yang buruk, seringkali muncul karena apa yang pernah kita lihat, dengar, atau ucapkan. Oleh karena itu, kita harus menjaga pandangan mata, pendengaran telinga, lisan, dan hati kita. Ustadz Abdullah Zaen mengutip hadis yang menyebutkan, ” Annazarru sahmun min sihami iblis,” yang berarti “Melihat hal yang haram adalah panah beracunnya iblis.” Beliau juga mengingatkan firman Allah dalam surat An-Nur ayat 30: ” Qul lil mu’minina yaghuddu min absarihim wa yahfadu furujahum,” yang artinya “Katakanlah kepada kaum mukminin agar mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluannya.” Bahkan di rumah pun, handphone, TV, dan internet bisa menjadi sumber bisikan buruk jika tidak dijaga.
  2. Selektif Memilih Teman: Pepatah Arab mengatakan, “Asahibu sahib,” yang berarti “teman itu menyeret.” Teman dapat menyeret kita kepada kebaikan atau keburukan, tergantung siapa teman kita. Jika teman suka berkata kotor atau kasar, itu akan memengaruhi kita. Sebaiknya, teman seperti itu dinasihati, bukan dijadikan teman dekat. Sebaliknya, teman yang selalu mengajak kepada kebaikan akan membuat pikiran kita juga terisi dengan kebaikan.
  3. Membiasakan Amal Saleh: Rutin melakukan amal saleh seperti salat lima waktu, zikir pagi dan petang, serta membaca Al-Qur’an dapat mengisi pikiran kita dengan kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 9, ” Inna hadhal Qur’ana yahdi lillati hiya aqwam,” yang artinya “Sesungguhnya Al-Qur’an ini akan menunjukkan ke jalan yang lurus.” Orang yang setiap hari rutin beribadah, pikirannya tidak akan “ngeres” atau kotor, karena isinya kebaikan.

B. Penanganan (Setelah Bisikan Muncul)

Begitu bisikan muncul,

Langkah pertama adalah membedakannya, apakah itu bisikan baik atau buruk.

Ini membutuhkan ilmu agama agar kita memiliki filter dan saringan yang tepat.

Menangani Bisikan Baik:

  • Teguhkan Hati: Begitu muncul bisikan baik, misalnya niat mengkhatamkan Al-Qur’an selama liburan, yakini bahwa itu adalah karunia dari Allah.
  • Niatkan dan Rencanakan: Jangan biarkan lintasan hati itu padam. Segera buat daftar dan rencana. Misalnya, berbakti kepada orang tua saat liburan: rutin menyapu halaman, mencuci piring, mencuci baju orang tua, atau membantu masak tanpa disuruh.
  • Segera Lakukan: Jangan menunda-nunda. Rencana baik yang ditunda biasanya tidak akan jadi. Segera wujudkan niat baik itu dalam tindakan nyata, seperti langsung mencium tangan orang tua, memeluk, dan meminta maaf.

Menangani Bisikan Buruk:

  • Isti’adzah: Ucapkan “A’udhu billahi minash-shaytanir-rajim” (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk). Ini akan membuat setan menjauh dan kabur.
  • Segera Alihkan Fokus: Begitu bisikan buruk muncul, langsung alihkan perhatian kita kepada aktivitas lain yang positif atau amal saleh. Misalnya, jika bisikan muncul setelah Asar, segera lakukan zikir petang di masjid. Jika muncul di waktu lain, ambil mushaf Al-Qur’an dan baca. Jangan biarkan pikiran itu berkembang.
  • Tolak Sejak Awal: Tolak bisikan buruk itu begitu muncul. Jangan biarkan ia berkembang menjadi pikiran, keinginan, apalagi perbuatan dan kebiasaan. Ustadz Abdullah Zaen mengingatkan, “Antum itu on the track… di jalan yang lurus… banyak orang yang mengimpikan trek yang sedang antum titi tersebut.” Jadi, jangan sampai kita keluar dari jalan lurus tersebut karena bisikan buruk yang datang dari setan.

Memperbaiki pola pikir adalah investasi terbesar untuk kebahagiaan hidup.

Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah yang diajarkan oleh Ustadz Abdullah Zaen, kita dapat mengendalikan pikiran dan hati kita, sehingga senantiasa berada di jalur kebaikan dan meraih kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

Ingat, lebih mudah memadamkan percikan api daripada kebakaran hutan. Kendalikan bisikan Anda sebelum ia menjadi kebiasaan.

Lebih detail, Paparan Teori Kepribadian Menurut Islam

Agar lebih lengkap, langsung simak dalam video:

Semoga bermanfaat, boleh dishare jika ada manfaat untuk Anda sekalian.

Oya, jika ada keliru, saran perbaikan bisa sampaikan dengan santun di kolom komentar ya.

Anjrah Ari Susanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.