Mengapa anak jadi bandel lalu solusinya?

anak jadi bandel – Aku kepikiran tentang figur ibu dalam sebuah rumah tangga. Aku atau mungkin kebanyakkan dari kita sering kali menemui sosok ibu yang tidak didengarkan oleh anak-anaknya. Anak-anak hanya mau menurut kepada ayahnya. Kerika sang ibu memberikan arahan tertentu kepada buah hatinya, mereka menganggapnya sebagai angin lalu. Namun, ketika sang ayah yang memberikan instruksi kepada mereka for do or do not something anak-anak tersebut akan menurutinya. What wrong?


Keluarga adalah tim

Aku pikir ada beberapa yang belum dipahami oleh keluarga-keluarga yang mempunyai masalah di atas.  Pertama, di keluarga tersebut belum terbangun semangat team work yang kuat.  Sadar atau tidak sadar, dalam keluarga paling tidak terdiri atas tiga komponen yaitu ayah, ibu, dan anak. Ketiganya akan berjalan harmonis dan
efektif jika didasari kesadaran bahwa ketiganya adalah bagian dari tim. Jika kesadaran ini tidak terbangun, bukan hal yang tidak mungkin akan terjadi ketidak seimbangan didalamnya.

Lebih spesifik pada masalah parenting (pengasuhan anak) maka sosok ayah dan ibulah tim intinnya. Ayah dan ibu harus kompak. Mereka harus memiliki tujuan dan visi pengasuhan yang sama yang kemudian dijabarkan dalam jobdesk-jobdesk yang konkret dan terukur. Masalah seorang ibu yang ‘tidak didengarkan’ oleh  anak-anaknya bisa jadi bermula dari pembagian jobdesk yang tidak jelas.

Komponen ayah terlalu mendominasi atau bahkan melemahkan jobdesk atau peranan yang bisa dilakukan oleh sang ibu. Contohnya, ketika salah seorang anaknya bermain benda-benda yang dinilai berbahaya oleh ibu
lalu ibu melarangnya. Akan tetapi disaat yang sama, sang ayah justru membela sang anak dan mengatakan kepada sang anak untuk tidak usah mendengarkan perkataan ibunya. Sang ayah berkata.”Teruskan saja, tidak usah kamu dengarkan perkataan ibumu”.

Jelas sekali pada ilustrasi diatas sang ayah mempunyai saham jika nantinya anak tersebut tidak mematuhi ibunya. Ayah mengajarkan kepada anaknya untuk tidak menghiraukan perkataan ibu yang melarangnya.
Semestinya tidak demikian. Ayah harus menyadari bahwa ibu adalah mitra satu timnya saat mendidik anak. Namanya tim harus saling mendukung.

Bukan perkara yang mustahil jika ketidakkompakan tersebut terus berlangsung menjadikan sang anak tidak patuh pada ibunya. Selain itu, dapat pula menjadikan sang anak memiliki sikap yang ambivalen terhadap kedua orang tuanya. Sang anak bisa saja nanti berpikir, “Aduh, aku harus nurut sama siapa nih? Bapak? atau ibu?”.

Faktor internal ibu

Kedua, faktor yang dapat menjadikan seorang anak tidak menurut pada ibunya bisa bermula dari faktor internal ibu. Kondisi keluarga yang sudah terbangun semangat timnya, peran ayah yang sudah supportif pada ibu, akan tetapi ibunya tidak memiliki ketegasan dalam mendidik atau melakukan pengasuhan bisa saja menyebabkan anak tidak respek terhadap peran ibu.

Ibu hendaknya bisa untuk bertindak tegas terhadap anaknya. Tetapi bukan terus jadi sering marah-marah, namun bertindak tegas disini dalam konteks memberikan pendidikan kepada anak. Ibu harus berani menasihati anaknya yang melakukan tindakan yang melanggar norma. Tunjukan rasa sayang dengan memperbaiki perilaku menyimpang tersebut ke arah perlaku yang lebih baik dengan bahasa yang bisa dipahami oleh anak.

Anehnya, beberapa ibu selain menasihatinya dengan bahasa langit (tidak bisa dipahami anak) tetapi juga nasihat tersebut tidak diiringi tuntunan seperti apakah seharusnya yang dilakukan anak selanjutnya. Idealnya, oreintasi orang tua seharusnya bukan melarang atau memperbolehkan saja. Namun, anak perlu tahu mengapa sesuatu itu
dilarang dan diperbolehkan. Anak perlu tahu alasannya.

Aduh… udah adzan nih… shalat magrib dulu ah. Ya pada intinya, sadarilah bahwa keluarga adalah satu tim. Harus saling support. Perankan ayah sebagai ketua pelatih dan ibu sebagai asisten pelatihnya. Keduanya harus sinergis agar tujuan-tujuan keluarga bisa tercapai. Disisi lain, jika bermula dari permasalahan internal ibu. Ibu harus belajar bagaimana mengatasi permasalahan internal tersebut.  Insya Allah. Wallahu a’lam bish shawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.