Kala Klakson jadi Jebakan Syetan menuju kemusyrikan| Simple Tauhid

Aku pernah baca sebuah artikel bertemakan bahasan tauhid yang kemudian aku crosscheckan pada buku-buku tauhid koleksi saya. Bahasannya simple, namun ketika mau dipelajari secara mendalam sungguh luar biasa kaitannya dengan tauhid kita kepada Allah. Apa sih? hukum ketika kita mengklakson/ memberi isyarat saat melewati tempat-tempat wingit?

Kebiasaan mengklakson tempat-tempat wingit

Ya, sebagian masyarakat kita meyakini harus memberikan klakson/isyarat atau bentuk lainnya saat melewati suatu tempat yang dikira wingit/keramat/ada ‘penunggunya’. Bisa jadi itu sebuah tempat yang berisi kuburan keramat, tikungan-tikungan tertentu, lembah, rumah kosong, atau apapun.

Esensi dari mengklakson di lokasi tertentu itu sebenarnya, si pengklakson (orang yang mengklakson) berharap kiranya agar bisa selamat/mendapatkan kemaslahatan tertentu dari pihak yang menerima klaksonan.

 

Secara dhohir keliatannya memang dah biasa dan jadi kebiasaan turun temurun orangtua-orangtua kita melakukannya. Tidak jarang beliau mewasiatkan kepada anak turunannya agar melakukan perilaku yang sangat dekat pada kemusyrikan itu. Kog bisa sampai dianggap dekat dengan kemusyrikan?

Teman, ingatlah bahwa kesempatan hidup yang Allah berikan kepada kita di dunia sepenuhnya ada ditujukan demi pencapaian hikmah penciptaan yakni menyembah Allah subhanahu wata’ala. Jadi, bahkan perilaku ‘sekedar mengklakson’ ketika itu ditujukan dengan niat tidak semata-mata demi pengikhlasan ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala maka itu jadi perilaku yang menyimpang dalam tinjauan syariat Islam.

Esensi tinjauan syar’i dari mengklakson di tempat wingit
Pada perilaku mengklakson di area wingit, itu secara hakiki, baik diakui maupun tidak diakui, sebenarnya terjadi proses ‘pengagungan’/penghormatan/pengakuan akan kebesaran dari pihak yang mengklakson terhadap objek yang diklakson.

 

Katakanlah tempat yang menjadi sasaran klakson adalah sebuah pertigaan yang dianggap wingit sebab menurut kepercayaan di area situ ada penunggunya berjenis makhluk halus bernama eyang singo dimejo (atau nama lain, ni nama contoh aja). Maka diakui secara dhohir atau tidak, sebenarnya perilaku mengklakson sama artinya kita memberikan penghormatan kepada si eyang tadi. Harapannya setelah menghormati si dia, kitanya ndak diganggu, kitanya diberi keselamatan, atau sekedar kita tidak diberi penampakkan menakutkan dari si Eyang tersebut.

Allahu akbar,,, manusia kog tunduk sama jin

Masak manusia malah meminta keselamatan, meminta perlindungan agar tidak dicelakai sama JIn ? Mustinya langsung kepada Allah kita meminta keselematan serta perlindungan dari segala marabahaya baik itu berasal dari jin atau apapun. Malah sering di TV atau Film-film, artisnya meminta ijin ke sang penunggu buat lewat ataus sekedar memasuki suatu area tertentu. Apa Rasulullah mengajarkan yang demikian?

Perilaku penghormatan yang demikian juga justru membuka jalan menuju kemusyrikan. Sebab manusia memberikan ketundukan pada jin, pada syetan, seakan mereka lebih berkuasa dari kuasa Allah subhanahu wata’ala. Allah meminta kepada hambaNya agar ketika meminta keselamatan, langsung kepada Allah. Hamba meminta perlindungan, juga langsung kepada Allah. Bukankah dalam setiap shalat sudah kita baca, “iyyakana’budu, wa iyyakanasta’in?”.

Dan Sungguh, syetan itu atau jin dalam jenis apapun juga bakalan kehilangan kemampuannya menganggu manusia, ketika manusia itu sendiri langsung berlindung kepada Allah sebaik-baik pelindung. Rasulullah telah mengajarkan doa dalam salah sebuah hadist:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

A’udzu bikalimatillhit tamaati min syarri maa kholaq

Artinya,”Aku berlindung dengan kalimat-kali-mat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya (dibaca 3 kali).

Doa ketika takut akan kejahatan syetan

Di jelaskan dalam penjelasan mengenai hadist di atas, Bahwa sesiapa yang membaca doa “A’udzu bikalimatillhit tamaati min syarri maa kholaq” sebanyak 3 kali disuatu tempat, maka Allah akan menjaganya sampai si pembaca tersebut meninggalkan lokasi atau tempat tersebut. Penjelasannya bisa di rujuk di kitab-kitab hadist terkemuka, hadist ditas diriwayatkan oleh banyak ulama hadist Ahmad 2/290, An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, no. 590 dan Ibnu Sunni no. 68. Lihat Shahih At-Tirmidzi 3/187, Shahih Ibnu Majah 2/266 dan Tuhfatul Akhyar, hal. 45.

So, Stop memberi penghormatan bagi para jin, dedemit, jurik, atau apapun yang menunggu suatu lokasi. ketika meminta perlindungan, mintalah langsung kepada Allah Yang Mahamelindungi segala sesuatu. Jangan hanya sebab sepele mengklakson menjadikan kita masuk jebakan syetan yang menjerumuskan manusia ke jalan kemusyrikan. Oke, sekian artikel simple tauhid. Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.